Akhir-akhir
ini entah kenapa saya diingatkan kembali tentang sebuah persahabatan, menjalin
persahabatan dengan sesama. Pasti setiap orang memiliki sahabat kecuali yang
prinsip hidupnya tidak memerlukan kehidupan sosial atau keinginan untuk
“sendirian” jangankan sahabat, mungkin jumlah temennya bisa dihitung pake jari
tangan. Sahabat bisa beraneka ragam entah itu sahabat sejak kecil, sahabat di
sekolah, sahabat di kampus, sahabat di persekutuan gereja, sahabat di komunitas
maupun sahabat di tempat kerja.
Waktu
saya meminta tolong pada sahabat saya untuk mencarikan arti kata sahabat
menurut kamus besar bahasa Indonesia bunyinya begini:
“Persahabatan
adalah istilah yang menggambarkan perilaku kerja sama dan saling mendukung
antara dua atau lebih entitas sosial. Dalam pengertian ini, istilah
“persahabatan” menggambarkan suatu hubungan yang melibatkan pengetahuan,
penghargaan dan afeksi (kasih sayang, perasaan-perasaan emosi). Sahabat akan
menyambut kehadiran sesamanya dan menunjukkan kesetiaan satu sama lain,
seringkali hingga pada altruisme (sifat/karakteristik masyarakat atau kelompok
yang anggota-anggotanya benar-benar larut di dalam kelompoknya). Selera mereka
biasanya serupa dan mungkin saling bertemu, dan mereka menikmati
kegiatan-kegiatan yang mereka sukai. Mereka juga akan terlibat dalam perilaku
yang saling menolong, seperti tukar-menukar nasihat dan saling menolong dalam
kesulitan”.
Dalam
persahabatan selain urusan tolong menolong, ada juga berbicara mengenai hal
tukar menukar nasihat. Jika kita dalam keadaan galau, pasti yang lebih dulu
kita ajak curhat salah satunya adalah sahabat kita. Ketika kita datang ke
sahabat kita baik itu melalui fasilitas fitur-fitur handphone (BBM, YM, SMS
dsb) pasti posisi kita sang pencurhat pengen didengerin. Ketika kita curhat
dengan leluasa kita pengen sikap sahabat kita fokus dengerin kita,
memperhatikan setiap apa yang kita ucapkan dan 90% pasti kita pengen
didengerin. Pertanyaannya sekarang, apakah kita mau mendengar sahabat kita
juga? Posisi yang ingin didengar 90% lebih enak, sebenarnya berbanding terbalik
dengan si pendengar akan memiliki posisi 90% kurang enak :D karena apa? Karena
sang pendengar akan mendengar masuk lewat telinga, di filter di dalam otak baru
turun ke hati. Jadi pendengar itu lebih pada posisi menampung. Sedangkan kalo
kita mau curhat, kita pun kadang nggak peduli sahabat kita lagi sedih, lagi
repot, lagi banyak masalah dan pikiran dsb.
Sekarang
bukan permasalahan posisi mendengar dan posisi di dengar. Persahabatan masa
saling curhat itu hal yang harus dilakukan agar sama-sama bisa saling
bertumbuh. Beberapa pengalaman banyak yang ingin didengar tetapi tidak mau
mendengar. Tidak mau mendengar nasihat dan teguran dari sahabatnya. Saya tidak
mengatakan setiap kita curhat sama sahabat kita, kita kudu di nasihatin! bukan
itu yang saya maksud. Tetapi lebih melatih kepekaan kita juga untuk
mendengarkan sahabat kita. Toh biasanya seorang sahabat itu kasi nasihat yang
simple-simple aja kan. Apa akibatnya jika kita kalo curhat sama sahabat kita
pengennya didengar dan tidak membutuhkan sedikit nasihat atau kata-kata mutiara
yang dapat menguatkan kita? Kita akan berulang kali bahkan terlalu sering
mencurhatkan hal yang sama ke sahabat kita. Sebenarnya hal itu kurang baik
untuk pertumbuhan dan perkembangan kita karena kita tidak mengalami proses
pendewasaan. Sahabat kita juga nggak mau kita jatuh dalam kegalauan yang sama.
Oleh sebab itu dalam persahabatan dibutuhkan kata-kata dan sikap yang tegas.
Memang kadang ketegasan itu dalam persahabatan biasanya di nilai sadis,
nyebelin, tega dsb karena ekspresi kasih yang paling sulit ialah : bertindak
tegas (Ps. Ferry Felani).
Sumber
dari inet juga mengatakan: Sahabat adalah orang yang memperlihatkan perilaku
yang berbalasan dan reflektif. Nah, disitu dikatakan ada “perilaku yang
berbalasan”. Persahabatan itu dua arah (saling), bukan satu arah. Ada sedikit
cerita “true story from me” XD. True story ini dari komunitas tempat dimana
saya bertumbuh dan sifatnya adalah “persahabatan”. Waktu saya dan beberapa temen-temen
komunitas saya mengadakan pertemuan sederhana, tempat yang sangat sederhana di
tepi danau pertama kalinya kami evaluasi atau biasa kami sebut acara ‘mandok
hata’. Satu per satu kami mengutarakan isi hati kami, baik itu hal yang indah
maupun hal yang nggak enak di dengar. Suatu kali ada salah satu sahabat saya
yang bilang gini “gue nggak ngerasa sahabatan sama elu elu pada (termasuk gue
yang di tuju) karena bla bla bla blaaaa. Gue ngerasa sahabat gue hanya dia dia
dia dan dia (yang disebut “dia” itu temen deketnya dari SMA)”.
Bayangin
guys, kita udah dalam satu komunitas masih ada yang merasa kalo kami yang ada
didalam komunitas itu belum bisa dikatakan sahabat. Tau karna apa akar
masalahnya? Karena beberapa dari kami belum memperlihatkan perilaku berbalasan
dan reflektif. Persahabatan harus dua arah, bukan satu arah dan semua akan
berjalan sesuai proses dan prosesnya itu semuanya natural (refleks). Nggak bisa
dipaksakan atau dibuat-buat. Dengan apakah smua terbukti kalo proses
persahabatan itu natural? Dengan terujinya ruang dan waktu. Guys, sahabat itu
bagaikan keluarga kedua kita. Memulai bersahabat dengan seseorang atau
sekelompok orang sangatlah mudah dibandingkan mempertahankan
persahabatan dengan seseorang maupun sekelompok orang. Bisakah hubungan
persahabatan itu bertahan ketika jalan-jalan, makan es krim sambil liat pohon,
ngakak-ngakak becanda riang, di dengerin curhatan kita, di kasi kado saat
ultah, diperhatiin dsb. Siapa sih yang nggak mau mengalami hal itu dalam
persahabatan, pasti bisalah bertahan. Nah sekarang bisakah persahabatan
bertahan di kala krisis, mengecewakan, menyebalkan, nggak punya waktu dengerin
curhatan kita, bikin kita sedih bahkan menangis, sahabat kita ataupun kita
sendiri mengalami kejatuhan. Disinilah persahabatan itu di uji ruang dan waktu
dan harus teruji ruang dan waktu agar mengerti persahabatan yang sebenarnya.
Dua tahun kemudian setelah evaluasi pertama kali di tepi danau itu, sahabat
saya ini baru merasakan persahabatan dengan “elu elu pada” yang tadinya nggak ngerasa
bersahabat :D karena semua sudah teruji ruang dan waktu tsb (Thanks Jesus).
Tadinya
saya kesel banget sama sahabat saya yang mengeluarkan statement kalo dia nggak
ngerasa bersahabat dengan beberapa temen dalam komunitas kami. Tapi sekarang
saya baru memahami yang namanya persahabatan itu memang simple tapi bukan
berarti persahabatan itu murahan. Persahabatan itu adalah hal yang berharga.
Sangat disayangkan jika ada yang menanggap persahabatan itu hal yang biasa
hanya bermodalkan kenal, ramah, ketawa ketiwi dan heboh. Hal yang seperti
inilah yang agak bahaya. Misalnya (skali lagi ini hanya misalnya) saya dengar
dari orang lain kalo si tini itu adalah sahabat saya (eh si tini itu kan
sahabat lu ya ri). Yang mengatakan hal tersebut adalah si tini kepada orang
tsb, padahal saya tidak merasa menjadi sahabat si tini :D #tepokJidat*. Saya
pribadi sangat terbuka jika ada yang mau bersahabat dengan saya tetapi ingat
sekali lagi kukatakan, persahabatan itu bukan hal yang murahan. Gimana bisa
dikatakan bersahabat dengan saya kalo misalkan sebut saja dia si ‘tini’ tadi
nggak tahu saya berapa bersaudara kandung, rumahnya dimana, kuliahnya dimana
and jurusan apa, makanannya bisa pedes atau nggak, minimal hal yang mendasar
aja deh. Persahabatan memang simple nggak ribet kok, tapi bukan berarti
murahan. Arti persahabatan itu dalem banget mamen \^^/
Yang
terakhir yang saya mau bagikan, nilai yang terdapat dalam persahabatan
seringkali apa yang dihasilkan ketika seorang sahabat memperlihatkan secara konsisten:
-
Kecenderungan untuk menginginkan apa yang terbaik bagi satu sama lain <-
Sekali lagi saya ingatkan persahabatan itu dua arah, bukan satu arah. Kalo
sahabatnya mau melakukan hal yang besar dalam hidupnya seperti mau tes masuk
kuliah, mau sidang skripsi, mau interview kerja, mau mempersiapkan pernikahan
pastinya seorang sahabat selalu mensupport walaupun itu dalam bentuk kasi
kata-kata yang nyemangatin terus. Membuat sahabatnya cheers-up terus. Jangan
biarkan sahabatnya sedih lama-lama. Jika sahabatnya berhasil dalam mencapai
kesuksesan, semakinlah kita bersuka cita dan turut bangga akan sahabat kita^^.
-
Simpati dan empati. Hal ini ada dalam persahabatan dan terjadi secara natural
karena ketika kita menganggap orang lain berharga bagi kita pasti kita simpati
sama orang tersebut.
-
Kejujuran, barangkali dalam keadaan-keadaan yang sulit bagi orang lain untuk
mengucapkan kebenaran. Guys, siapa lagilah orang yang menegur kita dengan keras
selain keluarga dan sahabat kita serta orang-orang terdekat lainnya??? Pernah
nggak sih abang tukang nasi goreng kompleks rumah yang tiap hari jualan di
kompleks rumah kita yang negur kita bilang “elu itu jadi orang bisa nggak sih
tiap hari nggak marah-marah dan berpikir negatif. Lama-lama kalo lu nggak
barubah jangan heran satu-satu temen lu ninggalin elu karena elu orangnya
bebal. Mulai dari cara lembut sampe kasar susah ngomong sama elu”. Nggak
mungkin kan guys abang tukang nasi goreng yang ngomong kayak gitu ke kita? :D
Pasti yang berkata seperti itu atau biasanya yang menegur seperti itu adalah
orang-orang terdekat kita, bahkan sahabat kita sendiri. Percayalah pada
hatinya, itu karena sahabat kita care sama kita. Kalo sahabat kita nggak care,
mau kita orangnya kayak gimana ya dia biarin aja. mau kita sedih, mau kita
sedang mengalami depresi, mau kita orangnya kasar, mau kita sedang mengalami
kejatuhan sekalipun yang menegur kita karena peduli adalah salah satunya
sahabat kita sendiri.
-
Saling pengertian. Waktu persahabatan dalam komunitas saya perjalanan awal
tahun pertama sampe ultah yang kedua, disitu kami mengalami saling menyesuaikan
satu sama lain. Kurang lebih 3 tahun yang lalu saya punya sifat yang mudah
ngambek. Hal kecil apapun bisa jadi bahan ngambek, hal ini cukup buat
sahabat-sahabat saya sedih, pusing dan kesel. Belum lagi ada sahabat gw yang
punya sifat perfeksionis, ada yang kalo ngomong slalu lucu membuat kami tertawa
ngakak, ada lagi sahabat saya yang apa-apa sedih dan sedikit-sedikit galau, ada
lagi satu sahabat saya yang kalau ngomong langsung nyelekit menusuk ke hati dan
jantung (lebay :D), ada yang tertutup dan pendiam yang di simpen lama-lama dan
akhirnya meledak kayak bom waktu, ada yang judes binti jutek mukanya, pokoknya
macem-macem deh. Tapi apa yang membuat persahabatan itu bertahan? Karena kami
masih saling pengertian. Tuhan yang selalu memberikan kami dan mengajari kami
untuk saling mengerti satu sama lain. Pertengkaran dalam persahabatan itu ada,
semua ada karena dalam persahabatan itu agar saling mengerti, belajar saling
punya rasa ‘pengertian’. Jika pada saat itu dan sampai saat ini kami tidak
saling pengertian, mungkin udah balik kanan bubar jalan persahabatan kami pun
terancam punah.
Jus
anggur, ya itulah teman. Tinggal petik anggur atau beli anggur masukkan ke
dalam blender langsung bisa dijadikan jus anggur yang harganya juga masih
terjangkau. Tapi sebuah persahabatan bagaikan wine (minuman anggur). Jus
anggur dan wine bahan dasarnya sama-sama dari buah anggur, tetapi yang
membedakannya ialah prosesnya. Layaknya persahabatan dibutuhkan proses dan
waktu bertahun-tahun, seperti wine yang juga asalnya dari anggur tetapi
melewati pembentukan atau proses yang diambil sari terbaiknya anggur, proses
fermentasi, proses ekstraksi warna dsb. Sehingga jadilah wine, minuman
yang simple untuk diminum (gak ribet kok) tetapi bukan minuman yang
murahan. Maka dari itu ingatlah selalu apa yang telah dilakukan oleh Bapa kita
yaitu Tuhan Yesus Kristus yang selalu mengajarkan kita tentang kasih. Kita ini
pun telah menjadi sahabatnya Tuhan. Tuhan selalu setia walaupun kita tidak setia.
Keteladanannya yang setiap hari manusia bahkan kita sebagai sahabatnya
mengecewakan hatiNya. Tetapi KasihNya selalu nyata untuk mengampuni setiap kali
kita mengecewakanNya. Saling mengampuni itu hal yang harus ada dalam
persahabatan. Forgive quickly, loveunconditionally dan jadikan Tuhan
sebagai inspirasimu dalam persahabatan.
0 komentar:
Posting Komentar