Senin, 13 Mei 2013

Temen Itu Jus Anggur Tapi Sahabat Adalah Wine




Akhir-akhir ini entah kenapa saya diingatkan kembali tentang sebuah persahabatan, menjalin persahabatan dengan sesama. Pasti setiap orang memiliki sahabat kecuali yang prinsip hidupnya tidak memerlukan kehidupan sosial atau keinginan untuk “sendirian” jangankan sahabat, mungkin jumlah temennya bisa dihitung pake jari tangan. Sahabat bisa beraneka ragam entah itu sahabat sejak kecil, sahabat di sekolah, sahabat di kampus, sahabat di persekutuan gereja, sahabat di komunitas maupun sahabat di tempat kerja.

Waktu saya meminta tolong pada sahabat saya untuk mencarikan arti kata sahabat menurut kamus besar bahasa Indonesia bunyinya begini:

“Persahabatan adalah istilah yang menggambarkan perilaku kerja sama dan saling mendukung antara dua atau lebih entitas sosial. Dalam pengertian ini, istilah “persahabatan” menggambarkan suatu hubungan yang melibatkan pengetahuan, penghargaan dan afeksi (kasih sayang, perasaan-perasaan emosi). Sahabat akan menyambut kehadiran sesamanya dan menunjukkan kesetiaan satu sama lain, seringkali hingga pada altruisme (sifat/karakteristik masyarakat atau kelompok yang anggota-anggotanya benar-benar larut di dalam kelompoknya). Selera mereka biasanya serupa dan mungkin saling bertemu, dan mereka menikmati kegiatan-kegiatan yang mereka sukai. Mereka juga akan terlibat dalam perilaku yang saling menolong, seperti tukar-menukar nasihat dan saling menolong dalam kesulitan”.

Dalam persahabatan selain urusan tolong menolong, ada juga berbicara mengenai hal tukar menukar nasihat. Jika kita dalam keadaan galau, pasti yang lebih dulu kita ajak curhat salah satunya adalah sahabat kita. Ketika kita datang ke sahabat kita baik itu melalui fasilitas fitur-fitur handphone (BBM, YM, SMS dsb) pasti posisi kita sang pencurhat pengen didengerin. Ketika kita curhat dengan leluasa kita pengen sikap sahabat kita fokus dengerin kita, memperhatikan setiap apa yang kita ucapkan dan 90% pasti kita pengen didengerin. Pertanyaannya sekarang, apakah kita mau mendengar sahabat kita juga? Posisi yang ingin didengar 90% lebih enak, sebenarnya berbanding terbalik dengan si pendengar akan memiliki posisi 90% kurang enak :D karena apa? Karena sang pendengar akan mendengar masuk lewat telinga, di filter di dalam otak baru turun ke hati. Jadi pendengar itu lebih pada posisi menampung. Sedangkan kalo kita mau curhat, kita pun kadang nggak peduli sahabat kita lagi sedih, lagi repot, lagi banyak masalah dan pikiran dsb.

Sekarang bukan permasalahan posisi mendengar dan posisi di dengar. Persahabatan masa saling curhat itu hal yang harus dilakukan agar sama-sama bisa saling bertumbuh. Beberapa pengalaman banyak yang ingin didengar tetapi tidak mau mendengar. Tidak mau mendengar nasihat dan teguran dari sahabatnya. Saya tidak mengatakan setiap kita curhat sama sahabat kita, kita kudu di nasihatin! bukan itu yang saya maksud. Tetapi lebih melatih kepekaan kita juga untuk mendengarkan sahabat kita. Toh biasanya seorang sahabat itu kasi nasihat yang simple-simple aja kan. Apa akibatnya jika kita kalo curhat sama sahabat kita pengennya didengar dan tidak membutuhkan sedikit nasihat atau kata-kata mutiara yang dapat menguatkan kita? Kita akan berulang kali bahkan terlalu sering mencurhatkan hal yang sama ke sahabat kita. Sebenarnya hal itu kurang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan kita karena kita tidak mengalami proses pendewasaan. Sahabat kita juga nggak mau kita jatuh dalam kegalauan yang sama. Oleh sebab itu dalam persahabatan dibutuhkan kata-kata dan sikap yang tegas. Memang kadang ketegasan itu dalam persahabatan biasanya di nilai sadis, nyebelin, tega dsb karena ekspresi kasih yang paling sulit ialah : bertindak tegas (Ps. Ferry Felani).

Sumber dari inet juga mengatakan: Sahabat adalah orang yang memperlihatkan perilaku yang berbalasan dan reflektif. Nah, disitu dikatakan ada “perilaku yang berbalasan”. Persahabatan itu dua arah (saling), bukan satu arah. Ada sedikit cerita “true story from me” XD. True story ini dari komunitas tempat dimana saya bertumbuh dan sifatnya adalah “persahabatan”. Waktu saya dan beberapa temen-temen komunitas saya mengadakan pertemuan sederhana, tempat yang sangat sederhana di tepi danau pertama kalinya kami evaluasi atau biasa kami sebut acara ‘mandok hata’. Satu per satu kami mengutarakan isi hati kami, baik itu hal yang indah maupun hal yang nggak enak di dengar. Suatu kali ada salah satu sahabat saya yang bilang gini “gue nggak ngerasa sahabatan sama elu elu pada (termasuk gue yang di tuju) karena bla bla bla blaaaa. Gue ngerasa sahabat gue hanya dia dia dia dan dia (yang disebut “dia” itu temen deketnya dari SMA)”.

Bayangin guys, kita udah dalam satu komunitas masih ada yang merasa kalo kami yang ada didalam komunitas itu belum bisa dikatakan sahabat. Tau karna apa akar masalahnya? Karena beberapa dari kami belum memperlihatkan perilaku berbalasan dan reflektif. Persahabatan harus dua arah, bukan satu arah dan semua akan berjalan sesuai proses dan prosesnya itu semuanya natural (refleks). Nggak bisa dipaksakan atau dibuat-buat. Dengan apakah smua terbukti kalo proses persahabatan itu natural? Dengan terujinya ruang dan waktu. Guys, sahabat itu bagaikan keluarga kedua kita. Memulai bersahabat dengan seseorang atau sekelompok orang sangatlah mudah dibandingkan mempertahankan persahabatan dengan seseorang maupun sekelompok orang. Bisakah hubungan persahabatan itu bertahan ketika jalan-jalan, makan es krim sambil liat pohon, ngakak-ngakak becanda riang, di dengerin curhatan kita, di kasi kado saat ultah, diperhatiin dsb. Siapa sih yang nggak mau mengalami hal itu dalam persahabatan, pasti bisalah bertahan. Nah sekarang bisakah persahabatan bertahan di kala krisis, mengecewakan, menyebalkan, nggak punya waktu dengerin curhatan kita, bikin kita sedih bahkan menangis, sahabat kita ataupun kita sendiri mengalami kejatuhan. Disinilah persahabatan itu di uji ruang dan waktu dan harus teruji ruang dan waktu agar mengerti persahabatan yang sebenarnya. Dua tahun kemudian setelah evaluasi pertama kali di tepi danau itu, sahabat saya ini baru merasakan persahabatan dengan “elu elu pada” yang tadinya nggak ngerasa bersahabat :D karena semua sudah teruji ruang dan waktu tsb (Thanks Jesus).

Tadinya saya kesel banget sama sahabat saya yang mengeluarkan statement kalo dia nggak ngerasa bersahabat dengan beberapa temen dalam komunitas kami. Tapi sekarang saya baru memahami yang namanya persahabatan itu memang simple tapi bukan berarti persahabatan itu murahan. Persahabatan itu adalah hal yang berharga. Sangat disayangkan jika ada yang menanggap persahabatan itu hal yang biasa hanya bermodalkan kenal, ramah, ketawa ketiwi dan heboh. Hal yang seperti inilah yang agak bahaya. Misalnya (skali lagi ini hanya misalnya) saya dengar dari orang lain kalo si tini itu adalah sahabat saya (eh si tini itu kan sahabat lu ya ri). Yang mengatakan hal tersebut adalah si tini kepada orang tsb, padahal saya tidak merasa menjadi sahabat si tini :D #tepokJidat*. Saya pribadi sangat terbuka jika ada yang mau bersahabat dengan saya tetapi ingat sekali lagi kukatakan, persahabatan itu bukan hal yang murahan. Gimana bisa dikatakan bersahabat dengan saya kalo misalkan sebut saja dia si ‘tini’ tadi nggak tahu saya berapa bersaudara kandung, rumahnya dimana, kuliahnya dimana and jurusan apa, makanannya bisa pedes atau nggak, minimal hal yang mendasar aja deh. Persahabatan memang simple nggak ribet kok, tapi bukan berarti murahan. Arti persahabatan itu dalem banget mamen \^^/

Yang terakhir yang saya mau bagikan, nilai yang terdapat dalam persahabatan seringkali apa yang dihasilkan ketika seorang sahabat memperlihatkan secara konsisten:

- Kecenderungan untuk menginginkan apa yang terbaik bagi satu sama lain <- Sekali lagi saya ingatkan persahabatan itu dua arah, bukan satu arah. Kalo sahabatnya mau melakukan hal yang besar dalam hidupnya seperti mau tes masuk kuliah, mau sidang skripsi, mau interview kerja, mau mempersiapkan pernikahan pastinya seorang sahabat selalu mensupport walaupun itu dalam bentuk kasi kata-kata yang nyemangatin terus. Membuat sahabatnya cheers-up terus. Jangan biarkan sahabatnya sedih lama-lama. Jika sahabatnya berhasil dalam mencapai kesuksesan, semakinlah kita bersuka cita dan turut bangga akan sahabat kita^^.

- Simpati dan empati. Hal ini ada dalam persahabatan dan terjadi secara natural karena ketika kita menganggap orang lain berharga bagi kita pasti kita simpati sama orang tersebut.

- Kejujuran, barangkali dalam keadaan-keadaan yang sulit bagi orang lain untuk mengucapkan kebenaran. Guys, siapa lagilah orang yang menegur kita dengan keras selain keluarga dan sahabat kita serta orang-orang terdekat lainnya??? Pernah nggak sih abang tukang nasi goreng kompleks rumah yang tiap hari jualan di kompleks rumah kita yang negur kita bilang “elu itu jadi orang bisa nggak sih tiap hari nggak marah-marah dan berpikir negatif. Lama-lama kalo lu nggak barubah jangan heran satu-satu temen lu ninggalin elu karena elu orangnya bebal. Mulai dari cara lembut sampe kasar susah ngomong sama elu”. Nggak mungkin kan guys abang tukang nasi goreng yang ngomong kayak gitu ke kita? :D Pasti yang berkata seperti itu atau biasanya yang menegur seperti itu adalah orang-orang terdekat kita, bahkan sahabat kita sendiri. Percayalah pada hatinya, itu karena sahabat kita care sama kita. Kalo sahabat kita nggak care, mau kita orangnya kayak gimana ya dia biarin aja. mau kita sedih, mau kita sedang mengalami depresi, mau kita orangnya kasar, mau kita sedang mengalami kejatuhan sekalipun yang menegur kita karena peduli adalah salah satunya sahabat kita sendiri.

- Saling pengertian. Waktu persahabatan dalam komunitas saya perjalanan awal tahun pertama sampe ultah yang kedua, disitu kami mengalami saling menyesuaikan satu sama lain. Kurang lebih 3 tahun yang lalu saya punya sifat yang mudah ngambek. Hal kecil apapun bisa jadi bahan ngambek, hal ini cukup buat sahabat-sahabat saya sedih, pusing dan kesel. Belum lagi ada sahabat gw yang punya sifat perfeksionis, ada yang kalo ngomong slalu lucu membuat kami tertawa ngakak, ada lagi sahabat saya yang apa-apa sedih dan sedikit-sedikit galau, ada lagi satu sahabat saya yang kalau ngomong langsung nyelekit menusuk ke hati dan jantung (lebay :D), ada yang tertutup dan pendiam yang di simpen lama-lama dan akhirnya meledak kayak bom waktu, ada yang judes binti jutek mukanya, pokoknya macem-macem deh. Tapi apa yang membuat persahabatan itu bertahan? Karena kami masih saling pengertian. Tuhan yang selalu memberikan kami dan mengajari kami untuk saling mengerti satu sama lain. Pertengkaran dalam persahabatan itu ada, semua ada karena dalam persahabatan itu agar saling mengerti, belajar saling punya rasa ‘pengertian’. Jika pada saat itu dan sampai saat ini kami tidak saling pengertian, mungkin udah balik kanan bubar jalan persahabatan kami pun terancam punah.

Jus anggur, ya itulah teman. Tinggal petik anggur atau beli anggur masukkan ke dalam blender langsung bisa dijadikan jus anggur yang harganya juga masih terjangkau. Tapi sebuah persahabatan bagaikan wine (minuman anggur). Jus anggur dan wine bahan dasarnya sama-sama dari buah anggur, tetapi yang membedakannya ialah prosesnya. Layaknya persahabatan dibutuhkan proses dan waktu bertahun-tahun, seperti wine yang juga asalnya dari anggur tetapi melewati pembentukan atau proses yang diambil sari terbaiknya anggur, proses fermentasi, proses ekstraksi warna dsb. Sehingga jadilah wine, minuman yang simple untuk diminum (gak ribet kok) tetapi bukan minuman yang murahan. Maka dari itu ingatlah selalu apa yang telah dilakukan oleh Bapa kita yaitu Tuhan Yesus Kristus yang selalu mengajarkan kita tentang kasih. Kita ini pun telah menjadi sahabatnya Tuhan. Tuhan selalu setia walaupun kita tidak setia. Keteladanannya yang setiap hari manusia bahkan kita sebagai sahabatnya mengecewakan hatiNya. Tetapi KasihNya selalu nyata untuk mengampuni setiap kali kita mengecewakanNya. Saling mengampuni itu hal yang harus ada dalam persahabatan. Forgive quickly, loveunconditionally dan jadikan Tuhan sebagai inspirasimu dalam persahabatan.

 

0 komentar:

Posting Komentar